05 September 2015

Berimajinasi Foto Model Professional

Apa kabar sobat pecinta fotografi. Tetap semangat? Yes!

Buat sobat yang sudah married, nih, pernahkah saat berlangsungnya pernikahan ada perasaan bahwa sobat  hari ini akan seperti raja dan ratu tampil cantik di atas singgasana pelaminan? Atau tampil seperti model cantik yang sedang dipotret oleh fotografer profesional di dalam studio? 

Secara umum memotret segala peristiwa dalam perkawinan sudah menjadi pekerjaan rutinitas fotografer. Namun pada sisi lain, menghadirkan deretan album foto dengan menampilkan pasangan pengantin seperti foto model bukanlah ide yang buruk. Ada nilai lebih bagus bahwa sebuah album foto bila disajikan dengan foto-foto clouse up akan menambah daya tarik penikmat foto. Album foto tampak lebih "hidup" dan menarik, tidak tampil monoton dan membosankan.

Foto yang baik itu bisa menampilkan subyek menjadi rileks enak dipandang. Menghadirkan foto sepasang pengantin merupakan usaha untuk memahami perasaan orang. Fotografer harus bisa mencapai itu, sehingga perlu meluangkan waktu sebelum hari H sebagai upaya membangun hubungan sinergis agar menghasilkan gambar yang enak dilihat. Pendekatan demikian dilakukan dalam sesi pemotretan "model sehari"  ini agar tidak salah persepsi, namun diharapkan ada jalinan komunikasi dua arah yang terbuka. Tugas fotografer adalah menampilkan sisi terbaik mereka. Dengan menjadi teman saat pemotretan bisa membuat mereka lebih santai dan bisa menampilkan jati diri mereka yang sebenarnya, sehingga ekspresinya  keluar secara alami dan spontan.


Dalam konteks di atas, memahami dalam bekerjasama dengan subyek merupakan "kewajiban" fotografer. Berbicara dan bersikap serta membuat perintah kepada subyek agar dilakukan secara halus, tidak kasar apalagi menyinggung perasaan subyek. Oleh karena itu, harus dipahami pula bahwa kegiatan pemotretan berkaitan dengan melibatkan tindakan fotografer meminta subyek untuk bergeser ke suatu spot yang dianggap bagus. Hal ini harus dilakukan dengan hati-hati, sopan dan bermartabat, sehingga tidak menimbulkan kesan mengontrol dan menginstrupsi tiap gerakan dalam pemotretan. Penguasaan mental fotografer terhadap subyek agar mereka menjadi lebih tenang merupakan cara yang tepat.

Menciptakan pose lebih santai dan nyaman merupakan gagasan cemerlang fotografer. Hal ini bisa dilakukan dengan menempatkan subyek ke posisi yang natural seperti, besandar di tembok, duduk di kursi, bergandengan tangan, memasukkan tangan ke dalam saku,  duduk di sofa sambil membaca majalah dan berbagai hal yang biasa dilakukan subyek sehari-hari. Cara ini akan lebih bisa menggali potensi sisi baik dari suatu subyek foto.

Menampilkan sisi baik itu berarti mengungkapkan kelebihan subyek untuk bisa "dijual" dalam menvisualisasikan dan menggambarkan kecantikannya. Dalam pandangan yang berbeda --dari sudut penampilan baik-- adalah tidak mengungkap dan mengekspose keburukan subyek, seperti memperlihatkan tubuh yang  pendek secara frontal dengan tidak dibarengi  sudut pengambilan gambar yang tepat. Menampilkan hidung yang pesek secara realitas, karena salah dalam posisi pemotretan. Kemudian memperlihatkan jerawat  secara jelas pada pipi subyek, karena terlalu detail dalam membuat foto clouse up. Memotret dagu menonjol tampak jelas --karena ada kesalahan dengan posisi lensa kamera yang lebih rendah-- sedangkan posisi wajah subyek sedang mendongak ke atas. Betapapun bagus teknik dalam menyajikan foto --dengan lighting, exposure, make up, gaun dan lokasi pemotretan-- kalau postur tubuh dan ekspresi subyek tampak menonjol menguasai ruangan foto-- pasti subyek foto tidak akan bisa menerima hasilnya.


Ada beberapa solusi agar bisa menghadirkan sebuah album foto perkawinan seperti model profesional:
  1. Ada keserasian antara busana, make up dan posing pemotretan.
  2. Pemilihan latar belakang yang mendukung penampilan subyek, seperti background abstrak.
  3. Hindari pose-pose yang terkesan tidak etis seperti kaki membuka lebar yang bisa mensugesti kotor pikiran orang, karena kapasitas fotografer sedang memotret sepasang pengantin yang harus bisa menampilkan kesopanan, keindahan dan art-photograhpy.

04 September 2015

Bias Cahaya Membelai Obyek Lensa Kamera


Halo sobat DukunFoto semua! Bagaimana kabarnya hari ini? Masih semangat? Kobarkan semangatmu sobat!

Dalam artikel ini DukunFoto akan memberikan ulasan bagaimana memahami, memanfaatkan dan menciptakan pencahayaan yang baik dalam fotografi. Hal ini dipandang penting karena dalam pandangan DukunFoto--kalau tidak boleh dikatakan terawangan-- pencahayaan merupakan salah satu materi pokok dalam fotografi. Coba sobat berpikir sejenak, bagaimana kalau di suatu kedung perkawinan tanpa ada sumber cahaya sama sekali. Apa yang bisa dilakukan seorang fotografer kalau tiba-tiba lampu dalam gedung pada padam semua karena aliran listrik terputus. Hi.... serem! Artinya, sebuah obyek akan terlihat kalau ada pantulan cahaya yang menerpanya. Dalam bahasa yang sederhana, ada cahaya ada gambar, tidak ada cahaya tidak ada gambar.

Ok sobat semua! 
Cahaya bisa menciptakan imajinasi visual seseorang. Namun di alam ini ada berbagai cahaya dan segala yang melingkupinya, seperti intensitas cahaya yang menerpa pada suatu benda. Dalam fotografi cahaya yang kuat intensitasnya merupakan idaman, tetapi bukan pula cahaya yang redup tidak bisa dimanfaatkan.

Seorang fotografer dapat menyiasati cahaya kuat dan redup sesuai dengan pengalaman dan teknik yang dimilikinya. Bahkan setiap fotografer akan menunjukkan ciri khasnya dalam menyiasati lintasan cahaya. Oleh karena itu pula foto yang dihasilkan akan berbeda kualitasnya.

Untuk mengenal karakteristik cahaya alam misalnya, seorang fotografer bisa melakukan hunting spot pada suatu tempat dan pada sudut pengambilan yang tetap--hanya satu angle, dengan jam pengambilan gambar yang berbeda mulai pagi sampai sore. Hasil gambar yang didapat akan menunjukan beraneka warna yang dalam istilah fotografi dikenal color temperature (suhu warna) yang menggunakan ukuran suhu derajat kelvin.

Matahari terbit (sunrise) punya suhu warna sekitar 3000-4000 K,  warnanya sehangat lampu pijar (tungsten), sehingga benda yang tersinari nampak kekuningan. Kemudian saat matahari meninggi, pada siang hari rata-rata cahaya matahari akan bersuhu warna sekitar 5000 K membuat benda yang terlihat nampak berwarna normal. Mata manusia secara  alamiah diciptakan normal dalam memandang cahaya matahari di siang hari.

Cahaya siang hari daylight berasal dari dua sumber cahaya yaitu sunlight yang merupakan cahaya matahari langsung, dan skylight yang merupakan hasil refleksi dari langit. Hasil perpaduan dari variasi dua sumber tersebut menciptakan suhu warna yang berbeda. Sumber cahaya skylight itu berwarna biru, jadi makin besar intensitas cahaya biru, maka makin biru gambarnya.

Bagaimana Memahami Cahaya  Buatan Ruangan
Memahami cahaya di luar rungan sangat berbeda jauh dengan  cahaya yang berada dalam ruangan. Cahaya outdoor sumber cahayanya cukup bahkan kadang berlebih. Sebaliknya cahaya yang di dalam ruangan intensitas dan sebaran cahayanya tidak merata. Pernahkah sobat memotret suatu obyek pada suatu ruangan gedung perkawinan tanpa menggunakan bantuan lampu flash, hanya ada lampu video. Bagaimana hasilnya, apakah kusam, kemerahan dan ketajamannya berkurang? Lalu pernahkah sobat juga memotret pada tempat yang kondisinya kurang-lebih sama, namun menggunakan bantuan lampu flash. Bagaimana hasilnya? Apakah hasilnya tajam dengan berbagai bayangan buruk. Hanya bagian depan obyek yang terkena cahaya, sementara bagian belakang gelap under exposure? Sobat, kalau seperti demikian hasilnya, maka DukunFoto bisa memastikan, bahwa sobat belum memahami pencahayaan buatan secara baik. Pada tataran pemahaman cahaya seperti ini menujukkan bahwa menjadi fotografer perkawinan tidak mudah seperti yang dibayangkan orang, karena daerah operasionalnya--outdoor dan banyak cahaya-- juga indoor yang seringkali kekurangan cahaya.

Menjadi fotografer perkawinan--di samping harus memahami cahaya alami dan cahaya buatan-- maka ia harus bisa menggabungkannya dan memanfaatkan dengan baik. Misalnya menggabungkan cahaya matahari yang menerobos masuk ke dalam ruangan melalui jendela yang terbuka di mana sedang dilakukan pemotretan mempelai dan ada cahaya buatan yang keluaar dari lampu flash. Tindakan "menghajar" obyek dengan taburan cahaya yang kuat dan setelan kamera Auto, shutter speed 1/60 dengan bukaan  f 5.6 semakin memperburuk hasil foto. Keputusan seperti ini hanya bagian depan obyek tercahayai dengan baik, namun di bagian belakang gelap.

Apakah sobat berpikiran ada aksesoris yang bisa dipakai untuk penyebaran cahaya, seperti Gary Fong dan Diffuser? Memang bisa dimanfaatkan karena alat itu dibuat seperti fungsinya, yaitu perataan penyebaran cahaya. Namun tetap saja bahwa pemahaman pencahayaan yang baik merupakan point positif bagi fotografer yang menunjukkan jati diri secara profesional dan menampakkan kelas serta kematangannya.

Apa Solusinya
Pada kamera DSLR saat ini sudah dilengkapi lampu internal yang terintegrasikan dengan kamera terletak diatas body kamera berukuran kecil. Namun lampu bawaan kamera ini tidak bisa berbuat banyak untuk dioperasionalkan pada gedung berukuran luas seperti yang biasa dipakai pada resepsi perkawinan.

Ada jenis lampu lain yaitu lampu eksternal yang tidak terintegrasi dan yang bisa terintegrasi body kamera. Lampu yang tidak terintegrasi dengan kamera yang penggunaanya pada kamera harus disetting secara manual. 

Lampu jenis ini tidak bisa "berkomunikasi" dengan kamera, maka segala kekurangan pengaturan dalam keseimbangan bukaan diafragma dengan kecepatan rana tidak bisa diperbaiki oleh blitz secara otomatis. Maka pemakaian lampu blitz jenis ini dengan di bounce atau dipantulkan, juga diperlukan penyesuaian sebelum dipakai.Penggunaan lampu ini mengikuti ketentuan: GN (Guide Number) dibagi jarak dalam meter sama dengan diafragma yang dibutuhkan untuk sebuah pemotretan. 

Yang kedua jenis lampu blitz eksternal yang terintegrasi dengan kamera. Lampu blitz tipe ini sama seperti lampu blitz internal bawaan kamera hanya saja GN nya lebih besar. Oleh karena lampu ini bisa "berkomunikasi" dengan kamera, maka segala kesalahan ketidaksesuaian bukaan diafragma dengan kecepatan rana secara otomatis terkoreksi dan diperbaiki oleh lampu dengan menyesuaikan kekuatan cahaya yang dihasilkannya.

Sebagai pedoman dalam pemakaian lampu blitz eksternal yang memiliki empat fungsi adalah:
1. Sebagai sumber lampu utama
2. Sebagain fiil in light (cahaya pengisi) dari area yang gelap atau sebagai penghapus bayangan.
3. Sebagai pembeku sebuah gerakan
4. Sebagai koreksi efek warna yang keluar dari lampu yang bersuhu warna rendah (color correction).

Ok sobat, cukup lama terfokus pikiran kita, rehat sejenak, ya. Sobat DukunFoto, yuk tetap semangat!

edit

03 September 2015

Memahami Blitz dalam Fotografi

Halo semua pecinta fotografi, Sahabat DukunFoto yang Kreatif. Tetap semangat. OK?

Dalam dunia fotografi, setiap pemotretan selalu ada sumber cahaya utama. Pada pemotretan outdoor sumber cahaya utama adalah sinar matahari yang menerangi obyek sehingga detail teksturnya suatu benda tampak jelas. 

Sedangkan hasil pantulan sinar matahari terhadap obyek dianggap sebagai cahaya pengisi  fiil in light. Apabila obyek foto membelakangi cahaya matahari, maka pada bagian depan obyek akan terlihat gelap kurang cahaya yang disebut back light. Pada kondisi yang demikian diperlukan peran blitz sebagai cahaya pengisi untuk menerangi permukaan obyek.

Pada pemotretan studio, blitz bukan hanya sebagai sumber utama, melainkan bisa berfungsi sebagai cahaya pengisi misalnya cahaya aksen pada rambut. Di samping itu, blitz bisa digunakan sebagai background light, agar layar yang berwarna gelap-hitam bisa "memisahkan diri" dari warna baju atau rambut yang sama hitam obyek foto. Selain itu, blitz bisa berfungsi untuk menghapus bayangan pada background akibat kuatnya cahaya utama.

Penggunaan blitz sebagai cahaya pengisi dapat digunakan pada setiap pemotretan pada acara pernikahan yang sebagian besar dilakukan dalam ruangan yang minim cahaya. Namun demikian, untuk mendapatkan hasil yang alami dalam pemotretan bisa terlebih dahulu dilakukan pengukuran kekuatan cahaya ruangan dengan cara mengarahkan kamera pada titik suatu obyek. Pada light meter akan terlihat angka bukaan diafragma dan kecepatan rana tertentu. Pada ISO 100-200 mungkin pada bukaan diafragma terbesar pun hasil pemotretan masih menunjukkan gambar yang under exposure. Dengan ISO rendah ini, cahaya akan kelihatan normal kalau memakai kecepatan rana sangat rendah, misalnya 1/8 detik hanya saja foto yang dihasilkan kelihatan tidak tajam akibat gerakan kamera saat fotografer menekan tombol rana. 

Untuk bisa memotret dengan kecepatan rendah tanpa tripot diperlukan beberapa langkah, meskipun ini tidak baku karena tergantung kondisi cahaya ruangan yang berbeda.
  1. Posisikan ISO pada 400-800, meskipun gambar agak sedikit noise pada ukuran cetak besar. Namun demikian, foto liputan perkawinan (bukan pose) dicetak pada umumnya 4R, atau paling besar 20 x 25 cm.
  2. Pada ISO 400 bukaan diafragma disetting pada 2,8 dengan kecepatan rana 1/30 detik. Sedangkan jika memakai ISO 800, bukaan diafragma pada 3,5 dengan kecepatan rana 1/30.
  3. Tetapkan pengaturan blitz pada posisi mode manual dengan kekuatan sekitar 1/8.


Blitz bisa membekukan obyek foto. Benarkah?
Sobat, sebenarnya tidak banyak fotografer yang mengetahui, bahwa blitz bisa membekukan obyek. Ada suatu pengetahuan bahwa cahaya lampu kilat durasi menyalanya cuma sekitar 1/1000 detik. Dengan durasi yang sedemikian singkat--dalam pandangan umum-- pemotretan dengan blitz relatif tidak terpengaruh dengan kecepatan rana yang dipakai. Selama kecepatan rana masih di bawah kecepatan sinkron kamera (kecepatan sinkron tiap kamera bisa berbeda dan bisa dilihat di buku manualnya), pengaturan pencahayaan lampu kilat semata bertumpu pada bukaan diafragma.

Maka bila pada light meter muncul angka exposure yang normal pada bukaan lensa f 3.5 dan speed 1/30 detik, kuncilah perpaduan angka exposure tersebut pada pilihan manual (M) sambil menggunakan blitz yang kekuatan cahayanya berada di atas angka exposure sekitar satu stop. Dengan penggunaan blitz ke atas memakai kertas tebal sebagai pemantul cahayanya. Dengan cara demikian, gerakan obyek bisa dibekukan sementara latar belakang cukup terang karena cahaya alami ruangan tetap terekam dengan kecepatan rana lambat yang dipakai.

Berfungsi Sebagai Koreksi Warna!
Sobat semua. Pernahkah memotret pada suatu kondisi ruangan yang didominasi warna merah dan kuning emas? Bagaimana hasil foto sobat, gelap, kuning-merah bercampur, dan tidak tajam. Kalau jawaban ini benar, maka sebenarnya problem pemotretan seperti ini umum dialami oleh sebagian besar fotografer, termasuk DukunFoto sendiri pada awal menekuni foto wedding seperti itu. Sebenarnya suhu Kelvinnya warna di ruangan itu rendah, sehingga suasana yang terekam kekuningan. Maka diperlukan solusi yang tepat, yaitu dengan menggunakan lampu kilat dipadukan dengan pemilihan WB yang benar akan menghasilkan gambar dengan koreksi warna yang benar.

Ok, sobat tetap semangat! Selamat berkreasi.

Bagaimana Membuat Foto Wisata Yang Menarik

Halo sobat semua! Kobarkan semangatmu!

Kali ini DukunFoto akan memberikan catatan-catatan penting buat sobat semua yang akan merencanakan perjalanan wisata. Sobat, perkembangan dunia pariwisata kian hari bertambah. Pilihan tempat wisata tidak hanya didominasi oleh keindahan alam, gunung, pantai dan  pemandangan bawah laut bahkan pilihan wisata yang dipadu dengan permainan outbound pun ikut meramaikan. Namun apakah pengalaman sepanjang perjalanan wisata itu dapat kita hadirkan kembali dalam waktu yang berbeda. Pada kenyataaanya tidak semua orang bisa mengambil foto wisata yang mampu menggambarkan keindahan, keceriaan, keunikan daerah yang dikunjungi dengan baik.

Sebagai wisatawan, tujuan utama mengambil foto wisata adalah untuk mengabadikan pengalaman kita sendiri sebagai bukti kehadiran di sana. Namun dengan keterbatasan pengetahuan kita sebagai wisatawan-- bukan fotografer profesional-- seringkali kurang tepat dalam pemilihan obyek. Pernahkah sobat dalam suatu perjalanan wisata menemukan obyek latar belakang pemandangan alam dan kegiatan manusia. Lalu sobat membidikan kamera dengan komposisi latar belakang alam lebih dominan, sedangkan aktivitas manusia kelihatan kecil-kecil sampai harus mempergunakan kaca pembesar untuk melihatnya. Pernahkah?

Foto kenangan dokumentasi wisata perjalanan pribadi tidak harus selalu membosankan dan menjadikan penyesalan yang mendalam, karena terjadi kesalahan sekalipun tanpa sengaja. Agar tidak terjadi pengalaman dengan hasil foto yang menjengkelkan, sobat bisa menempatkan obyek utama dengan komposisi yang harmoni sempurna, sehingga memenuhi--paling tidak sepertiga kiri atau kanan jendela pembidik kamera. Sobat bisa mengambil obyek dari sudut pandang yang berbeda, dari kiri, kanan, atas, bawah dan bahkan--bila perlu-- mengambil gambar dengan cara terlentang memakai kamera lensa sudut lebar.

Untuk mendapatkan foto yang variatif, harus diupayakan dengan kreatifitas berpikir artistik dengan menciptakan  komposisi dan sudut pengambilan gambar serta framing yang berbeda. Perubahan cahaya atau formasi awan yang terkadang bergerak cepat juga perlu diantisipasi untuk mendapatkan foto landscape yang unik.

Namun demikian, foto wisata tidak hanya mengabadikan dan menangkap segala keunikan ragam budaya lokal. Foto wisata harus bisa merekam visual yang mampu bercerita dengan indah dan mengesankan mengenai berbagai daya pikat, keunikan, dan semangat kegembiraan selama perjalanan wisata. Hal ini bertujuan agar bisa menggugah semangat minat orang lain untuk ikut bergembira menikmati keindahan dan kekhasan suatu daerah. Oleh karena itu, liputan foto harus bisa mencerminkan dan mengungkap keindahan alamnya, cuaca, keunikan  budayanya, peristiwa khusus, adat-istiadat, pakaian tradisional, tarian-tarian, upacara dan sebagainya sehingga kita dapat menghadirkan paket wisata yang  komprehensif.

Salah satu dari kegiatan foto wisata adalah memotret pemandangan alam. Foto pemandangan telah mengikat hati pecinta fotografi sejak awal. Fotografi pemandangan meliputi obyek yang sangat luas dan spesifik, dari keindahan alam yang nyata sampai yang abstrak, dari yang sederhana sampai yang kompleks. Tidak ada bidang fotografi yang mampu menyatukan berbagai obyek yang terkadang saling berlawanan ke dalam satu paduan imajinasi yang harmonis.

Merekam foto pemandangan yang mengesankan memerlukan pemikiran cerdas dan pendekatan kreatif yang berbeda. Semakin bagus sobat mengidentifikasi keunikan obyek wisata, semakin baik pula sobat dalam menghadirkan semangat dan emosi obyek ke dalam foto. Dipadu kemampuan sobat dalam meracik komposisi dengan memanfaatkan berbagai elemen visual yang ada di lokasi seperti garis, kontras, warna dan lain-lain,  pasti sobat akan dapat merekam foto pemandangan yang lebih hidup dan mempesona.

Meski demikian, memasukkan unsur latar depan (foreground) yang menarik seperti, kumpulan perdu yang penuh kembang, bebatuan yang artistik, alur-alur grafis pematang sawah atau siluet pepohonan, akan menghasilkan foto pemandangan yang indah dan menarik.

Merekam foto pemandangan yang menawan dan mempesona, diperlukan kecintaan hati yang tulus pada alam dan lingkungan, sehingga terjadi kolaborasi jalinan batin dan kepedulian yang kuat terhadap alam. Kecintaan ini juga menimbulkan apresiasi dan empati yang semakin tinggi dan  peka dalam merasakan kesejukan udara dan kesempurnaan lukisan Tuhan serta mendengarkan bisikan alam.

Paling tidak sobat bisa memahami dan menguasai teknik fotografi, termasuk teknik penyinaran, membaca arah cahaya, komposisi, menghadirkan konsep artistik untuk menciptakan daya visual yang menyentak dan inovatif-informatif, menarik dan tak terlupakan. Secara teknik fotografi, ada beberapa tips yang bisa dipakai acuan sobat agar mendapatkan gambar memikat:
  1. Memakai ISO terendah misalnya, 50/100/200.
  2. Memakai kamera resolusi tinggi seperti, 16, 21 dan seterusnya dengan memakai format RAW, TIFF atau Large Fine JPEG
  3. Analisis reaksi light meter kamera terhadap kondisi pencahayaan spesifik, seperti terjadinya pemandangan dengan kontras tinggi pada saat matahari terbit atau terbenam sampai sobat tahu kapan  harus memberikan kompensasi exposure plus atau minus.
  4. Pemotretan pada malam hari atau pemandangan dengan kecepatan rana rendah (1-30 detik), aktifkan fitur NR (noise reduction) untuk mengurangi bintik-bintik pada gambar.
  5. Memakai WB (white balance) yang tepat. WB
  6. Menggunakan tripot dan cable release atau memanfaatkan fitur self timer agar tidak terjadi goncangan saat menekan tombol rana.
  7. Bawalah perlengkapan kamera dengan semua aksesorisnya, memori, lensa, dan batrei.

31 August 2015

Menembus Batas Idealisme Fotografi

Halo semua sobat DukunFoto! Kabar Baik? Ok, tetap Semangat!

EDIT BUNGKUL OK
Hidup ini dipandang sehat dan berjalan dengan baik apabila semua sistem berjalan normal berada dalam jalur yang benar. Sebuah mesin penggerak dapat dikatakan lancar beroperasi, apabila semua komponen pendukung berjalan dengan sempurna. Cara melihat alur berpikir seperti ini biasa dalam visual orang secara umum. Namun dalam kondisi khusus, orang bisa saja bekerja dan berpikir tidak seperti logika manusia ideal. Terkadang dengan cara-cara normatif tidak membuahkan hasil dan konklusi yang diharapkan, tetapi dengan cara nekat dan keluar dari aturan berpikir yang benar--sedikit gila-- bisa menemukan jawaban atas kerumitan situasi dalam lingkungan profesinya.

Apakah Harus Mengikuti Aturan
Dalam dunia fotografi ada aturan "baku" komposisi untuk menghasilkan gambar yang bagus, seperti aturan "Hanya Ada Satu Pusat Perhatian". Mengapa? karena aturan komposisi itu akan memberikan dampak visual yang kuat pada pandangan pertama terhadap foto yang disajikan.

Hal lain aturan komposisi dalam foto adalah "Ciptakan Arah Pandang yang Jelas", dimana konsep komposisi ini harus bisa menciptakan dan memandu pandangan mata ke bagian terpenting sebuah foto. Dalam aturan komposisi seperti ini bisa menampilkan foto bercerita secara detail ide atau pesan.

Ada parameter yang bisa dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan komposisi yaitu dengan cara memandangi hasil foto selama beberapa menit, apakah pandangan mata kita bergerak sesuai dengan alur foto lalu menemukan obyek yang menarik.. Namun sebaliknya, jika mata kita dalam memandang sebuah karya foto bergerak ke mana-mana dan tidak kunjung menemukan satu obyek yang bisa menggoda pandangan mata, itu berarti gagal dalam menciptakan karya foto yang baikdan efektif.

Masih ada aturan lain lagi komposisi dalam sebuah karya foto "Ikuti Aturan Sepertiga Bagian". Hampir tidak ada yang bisa salah bila mengikuti sepertiga bidang dalam menciptakan komposisi. Menempatkan obyek foto ke dalam sepertiga bidang ini diyakini akan selalu berhasil menciptakan karya foto yang kuat dan berkarakter serta mengesankan.

Sementara itu aturan dapat membantu fotogafer dalam menciptakan komposisi yang efektif secara konsisten, namun pada bagian lain melanggar aturan tersebut justru dapat menghasilkan komposisi yang tidak kalah kuat. 

Pola pikir "menyimpang" itu dapat diterapkan untuk menganalisa pada foto makro, foto yang menyajikan detail obyek. Sobat semua, coba kita hadirkan sebuah ilustrasi dalam otak kanan yang menangkap gambar clouse up kepala Capung (sejenis belalang) yang sedang hinggap pada sebuah ranting kayu. Hampir bisa dipastikan komposisi yang dapat disajikan yaitu dengan menempatkan kepada capung di tengah frame, tidak mengikuti aturan sepertiga bidang. Mengapa demikian? Karena kalaupun mengikuti aturan sepertiga bagian, maka dinilai tidak cukup efektif, lantaran bagian yang lain--seperti background-- akan menjadi kabur (ngeblur).

Dalam konteks di atas, setelah mengikuti pedoman komposisi foto--meramu komposisi yang menarik sesuai kaidah fotografi-- belum juga puas dan  mampu menciptakan komposisi yang bagus, jangan ragu untuk melanggar segala aturan yang ada dan ikuti kehendak naluri hati.

DukunFoto berpandangan bahwa komposisi itu adalah penggambaran dari cara unik-menggelitik dalam melihat dan menterjemahkan pengalaman emosional pribadi yang khas seorang fotografer saat akan mengeksekusi obyek.  Terkadang hanya dengan mengikuti naluri suasana mood dalam hati--menyangkut keharmonisan dan nilai artistik-- akan berhasil membantu untuk menciptakan sebuah komposisi foto yang kuat dan pesan yang disampaikan menjadi jelas.

Sobat semua pecinta fotografi yang baik hati. Tetap semangat!
Setiap orang dalam melihat suatu obyek memiliki cara yang unik dan berbeda satu sama lain. Belajar melihat sesuai dengan naluri hati adalah langkah penting pertama dalam mencapai sukses dalam fotografi. Hal ini bisa kita lihat pada seorang fotografer sedang memandangi sosok patung berada dalam gedung tua yang lama tidak terawat. Pada saat memandang dan mengamati obyek patung itu, masing-masing fotografer memilki pendapat yang berbeda. Ada yang berpandangan bahwa patung itu berdiri bertahan selama berpuluh tahun tanpa mengeluh dan penyesalan. Fotografer yang berimajinasi dalam menangkap visual bertemakan "Patung yang Hebat" ini akan mengekspresikan gagasannya dengan mengambil posisi berjarak dekat, dengan sudut pengambilan yang agak rendah (law angle), sehingga potret patung itu lebih dominan dan berwibawa.

Namun ada visualisasi dan ide yang berbeda saat seorang fotografer lain dalam memandang sebuah patung itu terekam dan terkesan tercampakkan begitu saja dan tidak berguna, berada dalam ruangan tanpa ada yang peduli. 

Dalam mengaktualisasikan ide dengan topik "Patung yang Merana" itu seorang fotografer akan mengambil gambar dari kejauhan dengan menempatkan patung pada sudut ruangan gedung yang beraksesories sarang laba-laba dan didominasi oleh ruang kosong yang sunyi--sedikit menyeramkan beraroma horor.

Reaksi pribadi yang unik itulah yang akan membantu fotografer untuk menciptakan dan mengaktualisasikan konsep visual  kreatif berdasarkan interpretasi pribadi setiap fotografer. Dan bila interpretasi personal itu diterapkan pada setiap pemotretan akan menghasilkan karya foto yang unik-nyentrik, proporsional dan bermakna, yang pada akhirnya menjadi ciri khas yang konsisten disebut "style".

Sobat semua, tampil berkarakter dengan pribadi yang anggun dan tetap semangat. OK.