Belakangan minat seseorang menjadi fotografer seperti
jamur tumbuh di musim hujan. Hal ini semakin canggih perangkat camera, seperti
era DLSR. Di samping itu biaya operasional cetak lebih murah daripada era media
penyimpanan film. Apalagi pada setiap kali pabrikan camera mengeluarkan
seri baru selalu dibarengi dengan
peningkatan fitur-fitur canggih, yang jelas memudahkan pemula untuk
mengoprasionalkannya. Namun apakah ini semua bisa mengantarkan seseorang
menjadi "fotografer sungguhan"--kalau tidak boleh dikatakan
fotografer jadi-jadian atau abal-abal.. Ada aspek lain yang perlu diulas--yang
terkadang lepas dari perhatian-- yaitu aspek mental.
Orang sering
mengatakan bahwa mental yang kuat merupakan dasar pertama yang harus dibangun
dalam mengerjakan apapun. Seorang petarung tangguh berbadan besar dan pemberani
akan lumpuh gemulai manakala dalam bertarung bermental tempe dan lembek. Otot
yang kuat seakan tidak berguna dan lemes seketika saat mentalnya droop.
Kali ini saya akan
menuangkan pengalaman saya dalam sebuah acara wedding.
Saya menjadi seorang
fotografer bukan berasal dari orang yang bermodal. Untuk beli camera harus mengumpulkan uang dan ditambah uang
pinjaman. Jadi bisa dibayangkan camera yang saya beli jelas berkualitas rendah
dibanding bila membelinya dengan dana yang cukup.
Inilah pengalaman
saya pertama yang menghentak mental dan merontokkan sendi-sendi pergelangan.
Saat itu saya sedang mendapat order untuk memotret pada sebuah acara pernikahan
di salah satu gedung di Surabaya. Kebetulan di gedung itu sudah ada fotografer
yang bercamera canggih dan bermoncong panjang-- yang kelihatannya lebih
performance dan meyakinkan. Terus terang, mentalku down dan visi menjadi buyar.
Bagaimana tidak "ngeper", dari segi tongkrongannya saja bagaikan
tupai dan gajah. Ah, harus bangkit, jangan terpuruk!
Di sinilah mental
kita diuji, apakah nyali kita kuat atau rontok. Apakah tubuh kita masih kuat
berdiri atau malah gemetar dan terjatuh. Bagi seorang fotografer, seharusnya
tetap berjiwa kuat dalam situasi semacam itu. Sobat, untuk menghasilkan gambar
yang bagus tidak semata-mata ditopang oleh kecanggihan sebuah camera.
Penguasaan materi fotografi dan skill yang dimiliki seorang fotografer menjadi
peran utama dalam memperoleh gambar yang bagus. Apalagi di era digital ini
hasil foto yang kurang sempurna bisa di perbaiki dengan bantuan shofware olah digital foto.
Yang terpenting tetaplah memotret sebuah moment, usahakan mental sobat tetap
dingin, tenang dan nyantai. Hal ini bertujuan agar konsep yang sobat bangun, tidak
menjadi buyar karena mental kita sudah jatuh duluan. Semoga menginspirasi sobat
semua.
No comments:
Post a Comment