22 August 2015

Memahami Profesi Fotografi

Sebelum kita menekuni suatu profesi, ada baiknya mengenali dan memahami dulu jenis pekerjaan. Ada dua pandangan berbeda dalam memahami pekerjaan fotografi. Pertama, seorang yang berpandangan bahwa pekerjaan fotografi itu gampang dan banyak menghasilkan uang. Kelompok ini barang kali melihat sisi luarnya dari jenis pekerjaan ini. Mereka bisa jadi melihat setumpuk uang ratusan ribu rupiah saat salah seorang fotografer menerima pembayaran dari klien atas pekerjaan yang sudah ia selesaikan.

Namun di sisi lain, ada sebagian orang yang berpandangan bahwa profesi fotografi itu susah dan sulit menghasilkan uang. Kelompok ini barangkali melihat seorang fotografer yang sedang berlatih dan belajar memahami shuter speed, diafragma, ISO dan tak kunjung berhasil, karena gambar yang dihasilkan gelap (under expouse), ngeblur dan over expouse. Dalam tataran pemahaman semacam ini, wajar saja bila orang menganggap pesimis. Apa yang bisa “dijual” dengan gambar kusam seperti itu.
Sobat mari kita tempatkan dua pandangan yang bersebrangan di atas agar menjadi serasi dan berjalan pararel sehingga menjadi sebuah anggapan yang harmonis-dinamis. Dalam hal ini kita harus memakai landasan logika prosesi yang konstruktif, step by step.

Landasan berpikir kita harus dimulai dari pengertian fotografi secara mendasar. Singkirkan dulu angan-angan untuk bisa menghasilkan uang, karena kita baru saja memulainya. Pekerjaan memotret ini tidak bisa dikerjakan dalam hitungan hari, tergantung dari kesungguhan dan keuletan seorang fotografer dalam mempelajarinya.

Orang bilang untuk bisa menjadi besar harus dimulai dari yang kecil dulu. Seorang pengusaha bisa menjadi kaya dan sukses, karena melewati masa panjang dan jatuh-bangun merasakan rintangan hebat dalam memimpin usahanya.

Langkah awal untuk memulai profesi ini adalah cintai pekerjaan ini. Sebuah profesi jika dilandasi dengan cinta akan bertahan lama, karena sebuah halangan yang menghadang tidak akan menyurutkan langkahnya untuk mundur ke belakang. Lalu terus belajarlah memahami teknik fotografi yang baik, shutter speed, diafragma, ISO, komposisi, angle (sudut pandang) pengambilan gambar, point of interest, dan sebagainya. Kuncinya adalah berlatihlah terus, jangan ada kata menyerah sebelum berhasil. Nikmati dan jalani ini dengan sabar, suatu saat  akan menghasilkan uang dari profesi ini. Enjoy aja Bro... tetap semangat!


21 August 2015

Waktu: Nyawa Fotografer

Ada sebuah ungkapan bijak: waktu adalah uang! Profesi fotografer sepertinya harus mentautkan kalimat bernada semangat tersebut untuk melekat kepada dirinya. Meskipun ungkapan ini sering kita dengar dari para pelaku bisnis. Artinya, jangan meremehkan waktu, kalau tidak ingin kehilangan peluang bisnis.

Dalam dunia fotografi, jangan menganggap ringan persoalan waktu, kalau tidak ingin kehilangan moment. Bahkan ketekunan untuk berdisiplin dalam menjaga waktu menit per menit pada sebuah acara mutlak diperlukan.

Ada pengalaman menarik yang bisa dibuat pelajaran dari seorang fotografer yang bercerita kepada saya. Suatu saat dia mendapat job untuk meliput sebuah acara pernikahan. Dalam catatan jadwal yang terlampir acara pernikahan dimulai pukul 08:00. namun ia datang pada pukul 08:20.

Apa yang terbayang dalam benak anda melihat fotografer tersebut datang terlambat 20 menit! Pasti kacau! Dan benar saja. Dia datang tergopoh-gopoh tanpa melihat kiri-kanan masuk ke barisan depan, menyibak orang-orang yang duduk sempurna, yang sejak awal mereka setia menunggu acara di mulai.

Fotografer itu berhasil duduk di dekat lingkaran deretan paling depan di antara para keluarga dan undangan, bahkan persis di sisi kanan manten laki-laki. Namun tanpa diduga, tiba-tiba dia jatuh tersungkur di atas meja pernikahan, Braak!!. Sontak para undangan berteriak: “Allahu Akbar”! sambil menolahkan wajahnya ke arah sahabat saya.

Dia tersungkur lantaran pantatnya ditendang dari belakang oleh seorang bertubuh besar dan berambut panjang.

Dia menahan sakit pada dahinya serta malu yang tiada terkira, sambil menoleh ke belakang  dan berkata: “Semprol”! Dia marah!.

Namun kemarahan itu berubah dingin lantaran takut karena tahu bahwa yang menendangnya itu adalah preman terminal Bungurasih yang ia tahu --tanpa sengaja berpapasan-- beberapa hari di terminal sebelum hari akad pernikahan.

Dan yang lebih menyakitkan, kata sahabat saya: “Pulang kamu, nggak usah foto-fotoan. Tukang foto telat.!”

Preman itu menghardik sambil menunjuk-nunjukan jari ke arah muka sahabat saya.
Cerita ini memberi pelajaran berharga, bahwa sebagai fotografer harus punya komitmen yang kuat dalam menjaga waktu. Waktu adalah uang, waktu adalah peluang, waktu adalah keberhasilan dan waktu adalah kesuksesan. On time, Bro...!




Mental Sang Fotografer

Belakangan  minat seseorang menjadi fotografer seperti jamur tumbuh di musim hujan. Hal ini semakin canggih perangkat camera, seperti era DLSR. Di samping itu biaya operasional cetak lebih murah daripada era media penyimpanan film. Apalagi pada setiap kali pabrikan camera mengeluarkan seri  baru selalu dibarengi dengan peningkatan fitur-fitur canggih, yang jelas memudahkan pemula untuk mengoprasionalkannya. Namun apakah ini semua bisa mengantarkan seseorang menjadi "fotografer sungguhan"--kalau tidak boleh dikatakan fotografer jadi-jadian atau abal-abal.. Ada aspek lain yang perlu diulas--yang terkadang lepas dari perhatian-- yaitu aspek mental.

Orang sering mengatakan bahwa mental yang kuat merupakan dasar pertama yang harus dibangun dalam mengerjakan apapun. Seorang petarung tangguh berbadan besar dan pemberani akan lumpuh gemulai manakala dalam bertarung bermental tempe dan lembek. Otot yang kuat seakan tidak berguna dan lemes seketika saat mentalnya droop.

Kali ini saya akan menuangkan pengalaman saya dalam sebuah acara wedding.
Saya menjadi seorang fotografer bukan berasal dari orang yang bermodal. Untuk beli camera  harus mengumpulkan uang dan ditambah uang pinjaman. Jadi bisa dibayangkan camera yang saya beli jelas berkualitas rendah dibanding bila membelinya dengan dana yang cukup.

Inilah pengalaman saya pertama yang menghentak mental dan merontokkan sendi-sendi pergelangan. Saat itu saya sedang mendapat order untuk memotret pada sebuah acara pernikahan di salah satu gedung di Surabaya. Kebetulan di gedung itu sudah ada fotografer yang bercamera canggih dan bermoncong panjang-- yang kelihatannya lebih performance dan meyakinkan. Terus terang, mentalku down dan visi menjadi buyar. Bagaimana tidak "ngeper", dari segi tongkrongannya saja bagaikan tupai dan gajah. Ah, harus bangkit, jangan terpuruk!

Di sinilah mental kita diuji, apakah nyali kita kuat atau rontok. Apakah tubuh kita masih kuat berdiri atau malah gemetar dan terjatuh. Bagi seorang fotografer, seharusnya tetap berjiwa kuat dalam situasi semacam itu. Sobat, untuk menghasilkan gambar yang bagus tidak semata-mata ditopang oleh kecanggihan sebuah camera. Penguasaan materi fotografi dan skill yang dimiliki seorang fotografer menjadi peran utama dalam memperoleh gambar yang bagus. Apalagi di era digital ini hasil foto yang kurang sempurna bisa di perbaiki  dengan bantuan shofware olah digital foto. Yang terpenting tetaplah memotret sebuah moment, usahakan mental sobat tetap dingin, tenang dan nyantai. Hal ini bertujuan agar konsep yang sobat bangun, tidak menjadi buyar karena mental kita sudah jatuh duluan. Semoga menginspirasi sobat semua.

19 August 2015

Memilih Perias yang Tepat

Mungkin ada di antara Anda yang saat ini sedang sibuk mempersiapkan pernikahan. Salah satu yang harus menjadi prioritas Anda adalah memilih rias pengantin yang tepat. Sebagai raja dan ratu sehari, Anda harus tampil prima.

Memilih sanggar rias pengantin merupakan hal yang penting bagi para calon pengantin. Karena sejak jaman dahulu sampai jaman sekarang rasanya setiap wanita ingin sekali tampil cantik dihari bersejarahnya. Dan mengalami malpraktek dengan riasan pengantin di hari bersejarah rasanya merupakan mimpi buruk bagi setiap pengantin dibelahan dunia manapun.
Bagaimana memilih perias yang tepat.

1. Minta Referensi dari teman.
Mintalah masukan dan pendapat dari teman Anda yang sudah menikah sebagai patokan, jika riasannya mengagumkan bisa dijadikan bahan referensi untuk memilih perias pengantin yang tepat.

2. Biasakan melihat portfolio
Sanggar rias pengantin biasanya memiliki portfolio hasil karyanya yang biasanya menampilkan wajah klien sebelum dan sesudah dirias, anda bisa melihat dari sana hasil akhirnya apakah sesuai dengan yang anda inginkan.

3. Lakukan test makeup
Mintalah pada perias pengantinnya untuk melakukan test makeup. Namun diperlukan biaya tambahan. Rasanya hal itu senilai dengan hasil yang anda harapkan dibanding jika Anda harus tampil malpraktek karena riasannya asal-asalan yang tidak cocok dengan selera Anda. Belum lagi hasil riasan yang “menyeramkan” itu diabadikan oleh fotografer yang bisa dilihat seumur hidup hingga anak cucu. Hii… ngeri!

4. Mintalah pertimbangan keluarga dan calon suami
Hasil foto saat test makeup bisa ditunjukkan kepada keluarga dan calon suami untuk meminta pertimbangan mereka. Saran saya, yang paling penting dimintai persetujuan adalah si calon suami. Laki-laki makhluk paling jujur dalam menilai riasan wajah wanita. Coba tanyalah kepadanya apa anda cantik dengan riasan pengantin tersebut?

5. Jadilah klien yang aktif
 Anda tidak ingin alis anda dicukur habis atau tidak ingin menggunakan scotch berglitter warna warni, katakan saja kepada periasnya.  Biarkan perias menyelesaikan pekerjaannya lalu utarakan keberatan anda–bila ada, karena kadang diperlukan keseluruhan hasil untuk melihat harmonisasi riasan.

6. Harga tidak pernah berdusta
Ada harga ada kualitas, jangan banyak meminta jika anda tak berani membayar sesuai hasil yang memuaskan.

Tapi ingat, sebagus apapun riasannya tidak akan berguna jika anda tidak pernah merasa diri anda cantik. Katakan pada diri sendiri bahwa anda cantik. Karena tampil cantik itu merupakan hal yang paling mendasar setiap wanita.

Mencari Wedding Organizer Professional


Setiap calon pengantin pasti ingin agar pesta pernikahannya berjalan sempurna. Mulai persiapan, akad nikah hingga resepsi pernihkahan. Untuk mewujudkan semuanya, rasanya akan sulit jika dilakukan sendirian.

Jika Anda memiliki bujet lebih, tak ada salahnya bila menggunakan jasa Wedding Organizer (WO) untuk membantu mewujudkan keinginan Anda. Namun tak jarang, WO mendapat kesulitan saat ingin merealisasikan keinginan calon pengantin.

Agar hal tersebut tidak terjadi, maka harus pintar-pintar memilih WO. Berikut ini tips memilih WO agar sesuai dengan keinginan Anda.

1. Referensi
Cara paling mudah mencari WO adalah melalui testimonial orang-orang yang dipercaya. Anda bisa bertanya kepada teman, saudara atau bahkan rekan kerja. Cara lain memilih WO adalah dengan mencarinya melalui internet. Lihatlah company profile, dokumentasi acara dan paket-paket yang ditawarkan.

2. Lakukan Interview
Wawancara beberapa WO yang menjadi pilihan (tidak hanya satu). Dengan begitu Anda akan mengetahui apakah WO tersebut cocok bekerjasama dengan Anda dan pasangan atau tidak. Mendapatkan WO yang sesuai dengan kebutuhan tidaklah mudah, cari yang paling bisa mengerti keinginan Anda.

3. Kemampuan Mengolah Konsep
Sangat penting bagi WO untuk mengolah sebuah konsep pernikahan agar Anda bisa membayangkan bagaimana indahnya hari besar Anda tersebut. Berikanlah konsep dasar yang Anda miliki dan biarkan mereka mengembangkannya. Anda bisa menilai kemampuan WO tersebut dengan membayangkan jika konsep tersebut direalisasikan.

4. Fleksibel dengan Budjet
Hal ini berkaitan erat dengan kreativitas sebuah WO dalam meramu sebuah konsep. WO yang baik akan mampu memaksimalkan bujet kliennya untuk menghasilkan event pernikahan yang berkesan. Maka selama budget Anda masuk akal, jangan ragu untuk mengajukannya pada pihak WO, dan minta mereka mengajukan proposal berdasarkan budget tersebut.

5. Kru Yang Komunikatif
Jangan lupa untuk memperhatikan yang satu ini karena pada dasaranya jalinan kerjasama dengan siapapun melibatkan komunikasi antar manusia. Cobalah untuk mengenal crew WO pernikahan Anda dengan meminta waktu bertemu atau sekedar bertanya melalui telepon. Dari situ Anda bisa tahu apakah layanan dan gaya komunikasi mereka cukup profesional.

Konsep Prawedding

IMG_9702
Foto prewedding memang banyak orang yang melakukannya untuk mengisahkan perjalanan cinta sang pengantin dari awal sampai menuju pernikahan dalam berbagai konsep. Untuk mendapatkan hasil foto prewedding yang di inginkan simak tips berikut ini:
  • Tentukan Konsep Album Foto. Maksudnya  mau dijadikan bentuk seperti apa album yang akan dibuat.. Contoh-contoh konsep untuk sebuah album foto di antaranya : Sekadar kumpulan foto indah dengan lokasi indah (seperti album foto konvensional) atau konsep sebuah ceritera sebagaimana  konsep komik dengan word balloons dan konsep-konsep lain sesuai imajinasi pasangan pre-wedding
  • Tentukan Tema Foto. Tema mengacu kepada nuansa (suasana dan setting) yang ingin dimunculkan dari karya foto. Beberapa contoh tema misalnya: Etnik (Javanese, Minang, Chinese, Arabic, Kolonial, masa remaja, wild western (seperti film-film koboi), Casual, office environment, futuristik,  dan sebagainya sesuai imajinasi pasangan pre-wedding.
  • Pilih Kostum dan Lokasi. Pemilihan tema di atas sangat penting karena akan menentukan langkah selanjutnya yakni pemilihan kostum beserta aksesorisnya (juga jenis riasan yang akan digunakan) dan lokasi pemotretan. Banyak lokasi di Indonesia tersedia untuk mendukung berbagai tema yang diinginkan. Banyak tempat di kota-kota besar juga menyediakan jasa penyewaan kostum untuk berbagai tema tersebut. Jika bingung dengan tema dan daya imajinasi sedang mentok, tema casual yang ringan bisa dijadikan pilihan terakhir
  • Pilih Fotografer yang Tepat. Langkah selanjutnya adalah memilih fotografer yang cocok untuk keperluan sesuai tema. Jika tema yang dipilih menuntut banyak pemotretan di studio dengan menggunakan berbagai efek pencahayaan buatan, maka fotografer dengan spesialis outdoor kurang dapat memberikan pelayanan yang memuaskan. Sebaliknya, jika sesi pemotretan akan banyak dilakukan di luar ruangan dengan kondisi alam yang mendekati ekstrim (misal sangat panas, sangat dingin, sangat basah, dll), maka pilihlah fotografer yang memang tangguh dan handal untuk kondisi-kondisi semacam itu.
  • Pentingnya pengarah Gaya dalam Pemotretan Prewedding. Dalam memotret prewed atau Photo Pernikahan, seorang fotografer harus mampu mengarahkan gaya sang calon pengantin (kalau perlu membawa pengarah gaya) serta bisa memanfaatkan keindahan tempat pemotretan dengan maksimal.
Demikian tipsnya dalam mendapatkan foto prewedding yang terbaik semoga bermanfaat untuk anda.