31 August 2015

Menembus Batas Idealisme Fotografi

Halo semua sobat DukunFoto! Kabar Baik? Ok, tetap Semangat!

EDIT BUNGKUL OK
Hidup ini dipandang sehat dan berjalan dengan baik apabila semua sistem berjalan normal berada dalam jalur yang benar. Sebuah mesin penggerak dapat dikatakan lancar beroperasi, apabila semua komponen pendukung berjalan dengan sempurna. Cara melihat alur berpikir seperti ini biasa dalam visual orang secara umum. Namun dalam kondisi khusus, orang bisa saja bekerja dan berpikir tidak seperti logika manusia ideal. Terkadang dengan cara-cara normatif tidak membuahkan hasil dan konklusi yang diharapkan, tetapi dengan cara nekat dan keluar dari aturan berpikir yang benar--sedikit gila-- bisa menemukan jawaban atas kerumitan situasi dalam lingkungan profesinya.

Apakah Harus Mengikuti Aturan
Dalam dunia fotografi ada aturan "baku" komposisi untuk menghasilkan gambar yang bagus, seperti aturan "Hanya Ada Satu Pusat Perhatian". Mengapa? karena aturan komposisi itu akan memberikan dampak visual yang kuat pada pandangan pertama terhadap foto yang disajikan.

Hal lain aturan komposisi dalam foto adalah "Ciptakan Arah Pandang yang Jelas", dimana konsep komposisi ini harus bisa menciptakan dan memandu pandangan mata ke bagian terpenting sebuah foto. Dalam aturan komposisi seperti ini bisa menampilkan foto bercerita secara detail ide atau pesan.

Ada parameter yang bisa dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan komposisi yaitu dengan cara memandangi hasil foto selama beberapa menit, apakah pandangan mata kita bergerak sesuai dengan alur foto lalu menemukan obyek yang menarik.. Namun sebaliknya, jika mata kita dalam memandang sebuah karya foto bergerak ke mana-mana dan tidak kunjung menemukan satu obyek yang bisa menggoda pandangan mata, itu berarti gagal dalam menciptakan karya foto yang baikdan efektif.

Masih ada aturan lain lagi komposisi dalam sebuah karya foto "Ikuti Aturan Sepertiga Bagian". Hampir tidak ada yang bisa salah bila mengikuti sepertiga bidang dalam menciptakan komposisi. Menempatkan obyek foto ke dalam sepertiga bidang ini diyakini akan selalu berhasil menciptakan karya foto yang kuat dan berkarakter serta mengesankan.

Sementara itu aturan dapat membantu fotogafer dalam menciptakan komposisi yang efektif secara konsisten, namun pada bagian lain melanggar aturan tersebut justru dapat menghasilkan komposisi yang tidak kalah kuat. 

Pola pikir "menyimpang" itu dapat diterapkan untuk menganalisa pada foto makro, foto yang menyajikan detail obyek. Sobat semua, coba kita hadirkan sebuah ilustrasi dalam otak kanan yang menangkap gambar clouse up kepala Capung (sejenis belalang) yang sedang hinggap pada sebuah ranting kayu. Hampir bisa dipastikan komposisi yang dapat disajikan yaitu dengan menempatkan kepada capung di tengah frame, tidak mengikuti aturan sepertiga bidang. Mengapa demikian? Karena kalaupun mengikuti aturan sepertiga bagian, maka dinilai tidak cukup efektif, lantaran bagian yang lain--seperti background-- akan menjadi kabur (ngeblur).

Dalam konteks di atas, setelah mengikuti pedoman komposisi foto--meramu komposisi yang menarik sesuai kaidah fotografi-- belum juga puas dan  mampu menciptakan komposisi yang bagus, jangan ragu untuk melanggar segala aturan yang ada dan ikuti kehendak naluri hati.

DukunFoto berpandangan bahwa komposisi itu adalah penggambaran dari cara unik-menggelitik dalam melihat dan menterjemahkan pengalaman emosional pribadi yang khas seorang fotografer saat akan mengeksekusi obyek.  Terkadang hanya dengan mengikuti naluri suasana mood dalam hati--menyangkut keharmonisan dan nilai artistik-- akan berhasil membantu untuk menciptakan sebuah komposisi foto yang kuat dan pesan yang disampaikan menjadi jelas.

Sobat semua pecinta fotografi yang baik hati. Tetap semangat!
Setiap orang dalam melihat suatu obyek memiliki cara yang unik dan berbeda satu sama lain. Belajar melihat sesuai dengan naluri hati adalah langkah penting pertama dalam mencapai sukses dalam fotografi. Hal ini bisa kita lihat pada seorang fotografer sedang memandangi sosok patung berada dalam gedung tua yang lama tidak terawat. Pada saat memandang dan mengamati obyek patung itu, masing-masing fotografer memilki pendapat yang berbeda. Ada yang berpandangan bahwa patung itu berdiri bertahan selama berpuluh tahun tanpa mengeluh dan penyesalan. Fotografer yang berimajinasi dalam menangkap visual bertemakan "Patung yang Hebat" ini akan mengekspresikan gagasannya dengan mengambil posisi berjarak dekat, dengan sudut pengambilan yang agak rendah (law angle), sehingga potret patung itu lebih dominan dan berwibawa.

Namun ada visualisasi dan ide yang berbeda saat seorang fotografer lain dalam memandang sebuah patung itu terekam dan terkesan tercampakkan begitu saja dan tidak berguna, berada dalam ruangan tanpa ada yang peduli. 

Dalam mengaktualisasikan ide dengan topik "Patung yang Merana" itu seorang fotografer akan mengambil gambar dari kejauhan dengan menempatkan patung pada sudut ruangan gedung yang beraksesories sarang laba-laba dan didominasi oleh ruang kosong yang sunyi--sedikit menyeramkan beraroma horor.

Reaksi pribadi yang unik itulah yang akan membantu fotografer untuk menciptakan dan mengaktualisasikan konsep visual  kreatif berdasarkan interpretasi pribadi setiap fotografer. Dan bila interpretasi personal itu diterapkan pada setiap pemotretan akan menghasilkan karya foto yang unik-nyentrik, proporsional dan bermakna, yang pada akhirnya menjadi ciri khas yang konsisten disebut "style".

Sobat semua, tampil berkarakter dengan pribadi yang anggun dan tetap semangat. OK.

No comments:

Post a Comment