04 September 2015

Bias Cahaya Membelai Obyek Lensa Kamera


Halo sobat DukunFoto semua! Bagaimana kabarnya hari ini? Masih semangat? Kobarkan semangatmu sobat!

Dalam artikel ini DukunFoto akan memberikan ulasan bagaimana memahami, memanfaatkan dan menciptakan pencahayaan yang baik dalam fotografi. Hal ini dipandang penting karena dalam pandangan DukunFoto--kalau tidak boleh dikatakan terawangan-- pencahayaan merupakan salah satu materi pokok dalam fotografi. Coba sobat berpikir sejenak, bagaimana kalau di suatu kedung perkawinan tanpa ada sumber cahaya sama sekali. Apa yang bisa dilakukan seorang fotografer kalau tiba-tiba lampu dalam gedung pada padam semua karena aliran listrik terputus. Hi.... serem! Artinya, sebuah obyek akan terlihat kalau ada pantulan cahaya yang menerpanya. Dalam bahasa yang sederhana, ada cahaya ada gambar, tidak ada cahaya tidak ada gambar.

Ok sobat semua! 
Cahaya bisa menciptakan imajinasi visual seseorang. Namun di alam ini ada berbagai cahaya dan segala yang melingkupinya, seperti intensitas cahaya yang menerpa pada suatu benda. Dalam fotografi cahaya yang kuat intensitasnya merupakan idaman, tetapi bukan pula cahaya yang redup tidak bisa dimanfaatkan.

Seorang fotografer dapat menyiasati cahaya kuat dan redup sesuai dengan pengalaman dan teknik yang dimilikinya. Bahkan setiap fotografer akan menunjukkan ciri khasnya dalam menyiasati lintasan cahaya. Oleh karena itu pula foto yang dihasilkan akan berbeda kualitasnya.

Untuk mengenal karakteristik cahaya alam misalnya, seorang fotografer bisa melakukan hunting spot pada suatu tempat dan pada sudut pengambilan yang tetap--hanya satu angle, dengan jam pengambilan gambar yang berbeda mulai pagi sampai sore. Hasil gambar yang didapat akan menunjukan beraneka warna yang dalam istilah fotografi dikenal color temperature (suhu warna) yang menggunakan ukuran suhu derajat kelvin.

Matahari terbit (sunrise) punya suhu warna sekitar 3000-4000 K,  warnanya sehangat lampu pijar (tungsten), sehingga benda yang tersinari nampak kekuningan. Kemudian saat matahari meninggi, pada siang hari rata-rata cahaya matahari akan bersuhu warna sekitar 5000 K membuat benda yang terlihat nampak berwarna normal. Mata manusia secara  alamiah diciptakan normal dalam memandang cahaya matahari di siang hari.

Cahaya siang hari daylight berasal dari dua sumber cahaya yaitu sunlight yang merupakan cahaya matahari langsung, dan skylight yang merupakan hasil refleksi dari langit. Hasil perpaduan dari variasi dua sumber tersebut menciptakan suhu warna yang berbeda. Sumber cahaya skylight itu berwarna biru, jadi makin besar intensitas cahaya biru, maka makin biru gambarnya.

Bagaimana Memahami Cahaya  Buatan Ruangan
Memahami cahaya di luar rungan sangat berbeda jauh dengan  cahaya yang berada dalam ruangan. Cahaya outdoor sumber cahayanya cukup bahkan kadang berlebih. Sebaliknya cahaya yang di dalam ruangan intensitas dan sebaran cahayanya tidak merata. Pernahkah sobat memotret suatu obyek pada suatu ruangan gedung perkawinan tanpa menggunakan bantuan lampu flash, hanya ada lampu video. Bagaimana hasilnya, apakah kusam, kemerahan dan ketajamannya berkurang? Lalu pernahkah sobat juga memotret pada tempat yang kondisinya kurang-lebih sama, namun menggunakan bantuan lampu flash. Bagaimana hasilnya? Apakah hasilnya tajam dengan berbagai bayangan buruk. Hanya bagian depan obyek yang terkena cahaya, sementara bagian belakang gelap under exposure? Sobat, kalau seperti demikian hasilnya, maka DukunFoto bisa memastikan, bahwa sobat belum memahami pencahayaan buatan secara baik. Pada tataran pemahaman cahaya seperti ini menujukkan bahwa menjadi fotografer perkawinan tidak mudah seperti yang dibayangkan orang, karena daerah operasionalnya--outdoor dan banyak cahaya-- juga indoor yang seringkali kekurangan cahaya.

Menjadi fotografer perkawinan--di samping harus memahami cahaya alami dan cahaya buatan-- maka ia harus bisa menggabungkannya dan memanfaatkan dengan baik. Misalnya menggabungkan cahaya matahari yang menerobos masuk ke dalam ruangan melalui jendela yang terbuka di mana sedang dilakukan pemotretan mempelai dan ada cahaya buatan yang keluaar dari lampu flash. Tindakan "menghajar" obyek dengan taburan cahaya yang kuat dan setelan kamera Auto, shutter speed 1/60 dengan bukaan  f 5.6 semakin memperburuk hasil foto. Keputusan seperti ini hanya bagian depan obyek tercahayai dengan baik, namun di bagian belakang gelap.

Apakah sobat berpikiran ada aksesoris yang bisa dipakai untuk penyebaran cahaya, seperti Gary Fong dan Diffuser? Memang bisa dimanfaatkan karena alat itu dibuat seperti fungsinya, yaitu perataan penyebaran cahaya. Namun tetap saja bahwa pemahaman pencahayaan yang baik merupakan point positif bagi fotografer yang menunjukkan jati diri secara profesional dan menampakkan kelas serta kematangannya.

Apa Solusinya
Pada kamera DSLR saat ini sudah dilengkapi lampu internal yang terintegrasikan dengan kamera terletak diatas body kamera berukuran kecil. Namun lampu bawaan kamera ini tidak bisa berbuat banyak untuk dioperasionalkan pada gedung berukuran luas seperti yang biasa dipakai pada resepsi perkawinan.

Ada jenis lampu lain yaitu lampu eksternal yang tidak terintegrasi dan yang bisa terintegrasi body kamera. Lampu yang tidak terintegrasi dengan kamera yang penggunaanya pada kamera harus disetting secara manual. 

Lampu jenis ini tidak bisa "berkomunikasi" dengan kamera, maka segala kekurangan pengaturan dalam keseimbangan bukaan diafragma dengan kecepatan rana tidak bisa diperbaiki oleh blitz secara otomatis. Maka pemakaian lampu blitz jenis ini dengan di bounce atau dipantulkan, juga diperlukan penyesuaian sebelum dipakai.Penggunaan lampu ini mengikuti ketentuan: GN (Guide Number) dibagi jarak dalam meter sama dengan diafragma yang dibutuhkan untuk sebuah pemotretan. 

Yang kedua jenis lampu blitz eksternal yang terintegrasi dengan kamera. Lampu blitz tipe ini sama seperti lampu blitz internal bawaan kamera hanya saja GN nya lebih besar. Oleh karena lampu ini bisa "berkomunikasi" dengan kamera, maka segala kesalahan ketidaksesuaian bukaan diafragma dengan kecepatan rana secara otomatis terkoreksi dan diperbaiki oleh lampu dengan menyesuaikan kekuatan cahaya yang dihasilkannya.

Sebagai pedoman dalam pemakaian lampu blitz eksternal yang memiliki empat fungsi adalah:
1. Sebagai sumber lampu utama
2. Sebagain fiil in light (cahaya pengisi) dari area yang gelap atau sebagai penghapus bayangan.
3. Sebagai pembeku sebuah gerakan
4. Sebagai koreksi efek warna yang keluar dari lampu yang bersuhu warna rendah (color correction).

Ok sobat, cukup lama terfokus pikiran kita, rehat sejenak, ya. Sobat DukunFoto, yuk tetap semangat!

edit

No comments:

Post a Comment