24 August 2015

Dasar-dasar Fotografi

Halo sobat semua. Kali ini Dukun Foto akan membahas  materi fotografi. Untuk sobat yang baru berminat belajar teknik dasar fotografi, hal yang paling mendasar perlu dirumuskan adalah: dari mana kita harus memulai belajar. Sebab tanpa ada pemahaman seperti ini, tidak sedikit para pemula bingung mengawalinya.

Namun demikian, dalam konteks di atas, sobat harus memahami dulu bagaimana memfungsikan kamera dengan benar dan pelajari fitur-fiturnya. Baca dulu petunjuk masing masing fitur dengan baik, agar nanti dalam mengoperasionalkan camera tidak terjadi human error.

Ada tiga dasar fotografi yang harus sobat pahami dengan benar:
1. Shutter Speed
Sfutter speed dalam bahasa yang sederhana adalah kecepatan rana. Apa yang disebut shutter speed, untuk selanjutnya disebut Rana. Rana adalah kecepatan kamera dalam membekukan obyek. Nilai kecepatan Rana akan mempengaruhi terhadap besarnya cahaya yang dihasilkan. Semakin rendah nilai kecepatan Rana, maka semakin terang cahaya yang dihasilkan. Demikian sebaliknya, jika nilai kecepatan Rana tinggi, maka cahaya yang dihasilkan semakin rendah (gelap).

Rana yang terdapat pada tiap kamera berbeda, tergantung tipe dan merk. Setiap pabrikan mengeluarkan release kamera baru, maka biasanya nilai Rana juga semakin tinggi, seperti tertera 4" sampai 1/6500. Dalam penerapannya, jika memotret pada kondisi cuaca terang benderang dengan nilai Rana rendah (kecil) maka hasil foto akan over exposure (ngepler). Demikian sebaliknya, jika memotret pada kondisi kurang cahaya dengan menggunakan kecepatan tinggi, maka hasil foto akan under exposure (gelap). Cobalah berlatih memotret obyek pada satu kondisi, lalu ubah nilai Rana secara berbeda-beda. Amati dan bandingkan hasil gambarnya.

Pengaturan Rana juga difungsikan untuk memotret obyek bergerak dengan kecepatan tinggi, misalnya jika sobat memoret orang yang sedang bersepeda, maka untuk menghasilkan obyek yang jelas dan terang harus menggunakan Rana nilai tinggi. Jika menggunakan kecepatan Rana rendah, maka hasil fotonya akan buram (ngeblur).

Lalu bagaimana kalau memotret pada situasi mendung atau kurang cahaya? Maka sobat harus menggunakan kecepatan Rana rendah, namun jangan sampai tangan gemetar (shaking), karena akan mempengarui fokus kamera dalam menangkap dan membekukan obyek. Hal yang bisa dilakukan sobat adalah dengan menarik napas panjang sebelum menekan tombol Rana. Yang kedua, usahakan bersandar pada benda--kalau ada. Yang ketiga, cara yang paling aman adalah memakai kaki penyangga (tripod).

2. Aperture (Diafragma)
Aperture adalah besarnya bukaan diafragma yang mengatur banyaknya cahaya masuk pada kamera. Dalam bahasa awam, diafragma dianalogikan seperti lampu yang dapat diatur volume gelap-terangnya. Secara teknis fotografi, aperture sebagai perbandingan antara jarak fokus lensa dengan diameter dari diafragma saat itu. Misalnya lensa diatur dengan bukaan diafragma f/8, maka terang-gelapnya akan sama dengan panjang fokal lensa (zomm) yang berbeda.

Bagaimana mengatur bukaan diafragma di saat memotret suatu obyek pada suatu tempat? Semuanya itu tergantung pada situasi cahaya yang ada pada saat memotret. Jika pada saat pengambilan gambar situasi cahaya berkurang atau redup, maka dibutuhkan bukaan diafragma besar--yang artinya nilai angka pada diafragma kecil--, sehingga cahaya yang masuk pada kamera akan besar (terang). Sebaliknya, jika pada saat memotret situasi tempatnya terang, maka dibutuhkan bukaan diafragma dengan nilai kecil, seperti f/8 sampai f/11 dan seterusnya, sehingga cahaya yang masuk pada kamera akan semakin kecil cahayanya.

Prinsip pengaturan diafragma adalah semakain kecil nilai f/stop (nilai angka)nya, maka bukaan diafragma semakin besar atau lebar, sehingga cahaya yang masuk pada kamera semakin terang. Sebaliknya, jika semakin tinggi nilai bukaan diafragmanya, seperti f/11, maka semakin kecil bukaan diafragmanya, sehingga cahaya yang masuk pada kameran intensinya semakin kecil (gambar gelap kurang cahaya). Bagaimana kalau saat memotret dalam kondisi cahaya terang benderang dipaksakan memakai bukaan diafragma dengan nilai angka kecil, maka cahaya yang masuk pada kamera intensitasnya besar (over exposure), sehingga obyek yang dihasilkan akan kelebihan cahaya (ngepler).

Di samping itu, pengaturan diafragma akan berpengaruh kepada ruang ketajaman gambar (fokusing obyek) dalam fotografi diistilahkan dengan DOF (Depth Of Field). Jika saat memotret menggunakan bukaan diafragma dengan nilai besar, maka ruang ketajaman lebih luas dibandingkan dengan nilai bukaan diafragma kecil. Karena sekali lagi, bukaan nilai diafragma besar akan memberi kesempatan intensitas cahaya masuk ke kamera lebih besar.

3. ISO
ISO adalah suatu kepekaan CCD/film terhadap cahaya. Pada setiap kamera berbeda, dari mulai ISO 100 - 6500, dan seterusnya. Semakin besar nilai ISO pada saat memortet, semakin besar pula kamera dalam menyerap cahaya. Lalu kapan kita menggunakan ISO rendah ataupun ISO tinggi? Pada saat sobat mengambil gambar pada lokasi cahaya berlebih--seperti siang hari-- maka bisa mengambil ukuran ISO lebih rendah 100 atau 200 misalnya. Sebab jika sobat meninggikan nilai ISO-nya, seperti 600 ke atas, maka CCD/film akan menerima cahaya yang berlebihan pula, sehingga gambar yang dihasilkan over exposure. Sebaliknya jika memotret di ruangan yang minim cahaya, sobat menggunakan ISO dengan nilai kecil, misalnya 100 ke bawah, maka CCD/film tidak peka menerima cahaya (under exposure), sehingga gambar yang dihasilkan gelap.

Sobat semua pecinta fotografi, untuk bisa menghasilkan gambar bagus, tajam dan warnanya keluar maksimal, diperlukan latihan terus menerus. Sobat sampai di sini dulu Dukun Foto undur pamit. Semoga dapat ketemu pada artikel berikutnya. Tunggu ya, sobat.

No comments:

Post a Comment