26 August 2015

Memotret Berbagai Obyek

Membidik Satu Orang
Selain memperhatikan komposisi, dalam memotret orang, titik fokus lensa harus diarahkan kepada mata. Hasil foto manusia dengan mata buram tentu tidak bisa dinikmati. Lalu bagaimana jika sobat ingin memotret orang yang berlatar belakang kedung atau bangunan, apakah harus tetap mengarahkan fokus kepada mata? Memotret satu orang dengan background gedung harus mempertimbangkan Point Of Interes. Kalau yang ditonjolkan obyek manusia, maka porsi manusia harus lebih kuat dari pada latarnya. Artinya, tempatkan obyek satu orang itu pada posisi yang enak dilihat dan sebaiknya tidak perlu mengikutsertakan seluruh obyek bangunan secara utuh. Di samping itu, memposisikan satu obyek orang dengan latar belakang gedung tidak selalu dihadapkan lurus kepada lensa kamera, melainkan bisa pada posisi serong, duduk, melipat tangan dan sebagainya.

Ada hal lain yang layak diperhatikan dan dipertimbangkan dalam memotret orang tunggal, yaitu ekspresi wajah. Gali ekspresi wajah cantik obyek lebih banyak. Arahkan obyek agar lebih rileks dan banyak tersenyum. Jangan mengambil gambar sebelum obyek bisa santai. 

Ada pengalaman menarik ketika Dukun Foto memotret sepasang manten di dalam kamarnya, setelah akad nikah selesai. Selama prosesi akad nikah, sepasang manten ini tidak pernah memperlihatkan senyum sama sekali. 

Wajahnya terlihat tegang seperti orang ketakuan yang luar biasa dan berkeringat dingin. Setiap kali akan diambilkan gambar, wajahnya menampakan tegang dan kalau dipaksakan dipotret pasti hasilnya tidak bagus. Dalam benak Dukun Foto, bagaimana caranya agar pasangan manten ini bisa agak rileks meski tidak harus senyum. 

                                                                         ***

Prosesi akad nikah selesai. Giliran sesi pemotretan dalam kamar manten--karena menjadi "kewajiban" harus difoto-- yang  telah dihias sangat menarik. Hal pertama yang dilakukkan Dukun Foto adalah mempersilahkan pasangan  manten untuk masuk ke kamar, sebab mereka tidak mengambil inisiatif untuk segera masuk. Tindakan kedua, membatasi crew untuk terlibat dalam sesi pemotretan kamar. Tujuannya adalah agar tidak menambah ribet suasana yang barang kali tidak membuat nyaman manten selama di dalam ruangan. Ketiga, menutup kamar manten, agar suasana makin kondusif. Membiarkan kamar manten terbuka saat pemotretan bisa mengganggu "kekhusukan" dalam pemotretan. 

Untuk membuka suasana menjadi cair--karena sejak awal membeku seperti es-- yaitu menyapa mempelai berdua. Mengapa tadi mas kelihatan tegang dan pucat. Oh, tadi itu saya merasakan perut mules yang hebat, karena tadi malam gak tidur dan sekarang kembung. Lalu mbak tadi kok jadi ikut tegang? Wah, bagaimana tidak tegang bos, saya sendiri ikut bingung melihat tingkahnya. Ok, ok! Oh begitu. Bagaimana sekarang sudah baikan, mas? Mending, bos. Fotografer harus siap dalam situasi apapun, termasuk menunggu dan menciptakan moment yang pas sebelum beraksi memotret. Karena moment yang tepat sebenarnya merupakan "ruh" sebuah foto, meskipun gambar itu "tidak hidup" alias statis.

Membidik Kelompok
Memotret orang lebih dari satu jauh lebih sulit daripada orang tunggal. Sebelum melakukan pemotretan terlebih dahulu dilakukan penataan posisi dan pose. Jika pemotretan obyeknya "agak resmi" seperti karyawan kantor yang berpakaian formal, posisi yang dianggap bagus adalah mengahadap ke kamera dan sedikit tersenyum.

Lain lagi kalau memotret kelompok dalam ruangan. Melakukan pemotretan pada kelompok orang yang berada di dalam ruangan dibutuhkan kejelian ekstra, karena pada umumnya terkendala masalah minimnya cahaya yang berada dalam ruangan. Kalau memungkinkan untuk memilih tempat, pilihlah tempat yang banyak sumber cahayanya. Jika tidak memungkinkan, memakai pijakan kamera (tripot) merupakan pilihan tepat saat memotret dengan kondisi minim cahaya, karena kamera harus diset pada bukaan diafragma besar dan shutter speed rendah. Penggunaan lampu fill in flash ikut andil bagian dalam memperoleh gambar yang terang, karena sebaran lampu flash di area ruangan sekitar pengambilan gambar menjadi rata.

Memotret Pemandangan (Landscape)
Jika sobat semua memilki hobi melakukan pejalanan dengan  membawa kamera, luangkan waktu untuk mengambil gambar panorama alam. Dalam memotret view alam yang sangat indah itu dibutuhkan ruang yang lebar. Oleh karena itu pilihannya adalah gambar berbentuk empat persegi panjang, tidak seperti foto potrait.

Keunggulan dan keberhasilan penilaian foto landscape ditentukan oleh kejelian fotografer dalam mengolah komposisi. Oleh karena itu, fotografer sebaiknya memperhatikan latar depan, latar belakang, perspektif (angle) dengan komposisi ruang foto yang selaras dan harmonis.

Cahaya yang bagus untuk foto landscape adalah memanfaatkan cahaya alam, karena tidak mungkin menggunakan lampu flash yang akan kalah dengan cahaya alam yang lebih kuat. Cahaya alam yang mendukung untuk kegiatan memotret adalah sekitar jam 09:00 dan pukul 16:00, karena cahayanya masih lembut. Jangan terburu untuk memotret sebelum mendapat moment yang pas. Oleh karena itu, kesabaran, ketenangan batin, dan kejelian fotografer berperan besar dalam memperoeh foto bagus.

Ok! sobat semua, tetap semangat dan bervisi ke depan. Semoga menginspirasi.

No comments:

Post a Comment