27 August 2015

Fotografi Perkawinan Tradisional

Ok, untuk sobat  semua pecinta fotografi. Kali ini Dukun Foto akan menuangkan pengalamannya selama menekuni bidang fotografi Perkawinan. Banyak suka-duka terjadi saat menjalani profesi ini. Ada kejadian-kejadian lucu terkadang mengundang tawa sekaligus sedih, seperti ketika menjumpai prosesi akad nikah di mana manten laki-laki--entah latah atau kurang konsentrasi-- menirukan perkataan penghulu. "Saudara saya nikahkan dengan saudari Wulan (bukan nama sebenarnya) yang walinya sudah pasrah kepada saya dengan maskawin uang Rp. 2.715.000,- TUNAI." Spontan: "TUUUNAI"!: "Lho...." kata para undangan. Kontan saja semua undangan tertawa lebar, walaupun hanya sesaat. Di bagian lain, ada yang kelihatan sedih kecewa, karena anaknya yang mengucapkan ijab-qabul salah dalam menjawab.

Sobat semua, tetap semangat!
Hari pernikahan adalah a landmark accacion in a person's life. Fotografer harus memperlakukan foto pernikahan dengan tanggung jawab besar. Seolah-olah itu peristiwa paling penting dan bersejarah bagi fotografer sendiri. 

Semua unsur terlibat untuk merancang sebuah perhelatan akbar, maka seharusnya fotografer dapat mengabadikannya dengan sempurna.

Sebuah moment yang tak terlupakan selama hidup adalah sebuah perkawinan. Ada perencanaan dan pengorganisasian, demi menyambut momen bahagia tersebut. Banyak yang harus dipersiapkan, seperti anggaran biaya dan keterlibatan emosional kedua keluarga. Namun apakah momen indah itu haarus terlupakan, Tidak. Dalam pandangan ini, pentingnya sebuah sarana untuk "memutar" kembali ingatan terindah itu, yaitu dokumen foto perkawinan.

Seorang fotografer perkawinan  profesional dan telah punya jam terbang tinggi yang akan mampu meliput dan menangkap momen spesial itu. Maka dalam realitas di lapangan, ada fotografer yang over job, namun di sisi lain ada fotografer yang tidak kunjung mendapat order meski telah berpromosi secara gigih. Kenapa begitu, karena tingkat profesionalisme fotografer berbeda dan bertingkat. 

Dalam pandangan sebagian pengantin, fotografer perkawinan adalah orang yang bisa mengarahkan dan memberikan pilihan berbagai pose. Pendokumentasian yang baik bukan hanya bicara proses yang menyenangkan, namun juga hasil akhir dari sebuah proses, yaitu foto yang baik. Sedangkan fotografer perkawinan yang baik mampu menangkap spirit atau jiwa hari pernikahan.

Mempelai Harus Tampak Cantik
Hasil foto cantik itu adalah foto yang baik pencahayaannya, indah komposisinya, bagus cetakannya, bisa menangkap ekspresi yang bahagia, yang membuat pengantin dan keluarga nampak bahagia dan menyenangkan. 

Dalam konteks ini tidak sepatutnya seorang fotografer perkawinan menampilkan foto saat mata melotot, mulut melebar yang menampakkan gigi besar tidak lengkap, dan hal pose lain yang tidak enak dipandang, meski itu menurut fotografer candid. Sekali lagi kita tidak sedang menampilkan sisi buruk dari sebuah momen perkawinan.

Semua Terliput
Pengantin menjadi pusat perhatian dari seluruh keluarga, teman dan semua undangan yang hadir. Namun tidak berarti dari sisi lain seperti pernik-pernik pernikahan tidak tercover. Mengabadikan sebuah acara perkawinan sama dengan mengabadikan seluruh aspek, benda pelengkap dan semua manusia yang terlibat dalam acara itu.

Hal yang tidak boleh terlewatkan untuk diabadikan adalah pengapit pengantin, orang tua, saudara, pagar ayu, pagar bagus, panitia seksi hiburan. Fotografer harus juga mengamati dengan cermat jika dalam undangan itu ada tamu penting yang harus difoto, seperti tamu pejabat, para tokoh ataupun artis.

Pendukung acara juga harus didokumentasikan dengan baik, seperti dekorasi pelaminan, dekorasi catering dan meja penyajiannya, baju pengantin dan segala hiasannya, souvenir, kendaraan pengantin, banhkan rangkaian bunga ucapan selamat.

Pengantin telah membayar mahal untuk menghadirkan di hari happy wedding-nya dan umumnya merreka menempatkan kemewahan sebagai tujuan. Karena itu perjuangan fotografer untuk mendapatkan kemewahan hadir dalam album pernikahannya mutlak harus didapatkan.

Dalam konteks untuk bisa menangkap seluruh moment, Dukun Foto membagi sebuah foto perkawinan itu meliputi jurnalis, candid, potrait.

Foto Jurnalis
Fotografi perkawinan dengan gaya jurnalistik merekam sebuah acara perkawinan dengan alur cerita yang jelas dan mengalir secara natural yang mengandung jawaban atas pertanyaan: What, Who, Why, When, Where and Haw dengan istilah 5W.

Candid
Fotografi perkawinan jenis candid adalah upaya merekam sebuah acara perkawinan secara apa adanya natural original, tanpa adanya arahan kepada obyek potret. Suasana dibiarkan mengalir sesuai dengan mood yang terjadi saat acara itu berlangsung, tidak direncanakan, spontan dan apa adanya.

Potrait
Secara umum, fotografi potrait adalah foto tetang manusia yang dominan pada ekspresi wajah atau profesinya. Untuk wedding photography, kesempatan melakukan foto potrait adalah saat pengantin dan keluarga berpose di studio atau pelaminan. Foto potrait bertujuan untuk mengeksplor ekspresi wajah "cantik" sekaligus menampilkan kesempurnaan rias pengantin. Hadirkan kecantikan pengantin dengan menampilkan berbagai pose indah dan mewah. Tampilkan detail gaun pengantin yang dipakai, agar nampak kemewahan secara total.






Ok sobat semua, rileks sebentar ya. Tunggu artikel berikutnya. Tetap semangat! Semoga menginspirasi.





No comments:

Post a Comment